Two Petites [1]

PS EXPERIMENT 1

Two Petites

apareecium // EXO Sehun, Red Velvet Joy and Yeri // Comedy // All Rated

“Oh Sehun, aku titip kedua adikku lagi, ya?”

Penyesalan menghampiri Sehun ketika ia melihat siapa yang ada di balik pintu tersebut. Ia tersenyum kecut, memutar kedua bola matanya, lalu terfokus kepada gadis yang sebaya dengan dirinya. Di malam minggu seperti ini, Sehun seharusnya sibuk dengan film-film yang ia sewa dari Netflix tadi siang. Ia membuka pintu rumahnya sedikit lebar, lalu berkata, “jadi, kau akan berkencan dan aku menjaga adik-adikmu lagi?”

Gadis yang berada di hadapannya itu hanya tersenyum lebar, “iya, aku hanya percaya denganmu, Sehun.”

“Wendy, ada bibi Kim di sebelah kanan rumahmu yang sangat ramah.”

“Kedua adikku adalah pengecualian baginya.”

Sehun melipat kedua lengannya di depan dada, “yeah, adikmu yang terlalu nakal.”

“Tapi kau bisa menjaga emosimu.”

“Bagaimana dengan orang tuamu? Mereka masih belum kembali dari Jepang?”

Senyuman Wendy semakin melebar, “kau tak perlu bertanya jika kau tahu jawabannya.”

Sehun menghela napasnya pelan, “baiklah. Panggil adikmu untuk masuk ke rumahku, tapi mereka tak boleh menggangguku. Mereka harus sibuk dengan dunia mereka sendiri. Bagaimana?”

Agreed.” Balas Wendy, lalu berjalan menuju mobil yang sedari tadi berada di depan rumah Sehun.

Ya, siapa yang tidak kapok dengan perbuatan kedua adik Son Wendy yang sangat nakal? Joy dan Yeri, mereka pernah menjerit hanya karena seekor cicak jatuh dari langit-langit dan berhasil membuat Sehun jatuh dari tangga karena panik dan ia tidak bisa masuk ke sekolah selama seminggu. Kedua adik dari Wendy hanya meminta maaf lewat video call.

Joy dan Yeri pernah memesan makanan siap saji dan mereka tidak membawa uang sama sekali. Hal tersebut sukses membuat Sehun kehilangan setengah dari uang saku mingguannya yang selalu dikirim oleh kedua orang tuanya yang sekarang berada di Amerika untuk mengurus perusahaan mereka yang sedang berada di puncaknya.

Sehun bisa melihat si Joy, anak kedua dari keluarga Son yang sebenarnya tidak terlalu menyebalkan, well, mungkin kadang-kadang. Joy, gadis yang baru beranjak dewasa. Ia masih berumur 19 tahun dan akan masuk ke perguruan tinggi tahun ini. Meskipun Joy tidak terlalu menyebalkan, ia tetap saja menyebalkan bagi Sehun.

Dan di belakang Joy, ada Yeri. Anak bungsu dari keluarga Son yang baru saja masuk ke sekolah menengah akhir. Ya, ia baru berumur 16 tahun dan Sehun sangat sebal terhadapnya. Bisa dibilang 80% bencana yang terjadi selama kedua adik Wendy disini karena ulahnya.

Wendy yang menyusul di belakang hanya bisa tersenyum melihat Sehun yang masih berdiri di depan pintu. Ia berhenti tak jauh dari pintu tersebut, “Sehun, aku titip, ya? Chanyeol sudah menungguku di dalam mobil. Maaf sekali, aku tahu adikku sangat merepotkanmu.”

Wajah Wendy yang memelas seakan-akan menginginkan balasan dari Sehun. Oh, Sehun mengerti. Ia hanya mengangguk sekilas dan hal tersebut berhasil membuat Wendy tersenyum.

“Telepon aku jika ada masalah, tapi semoga saja malam ini aku tidak menerima telepon darimu, ya? Sampai nanti!” Wendy kembali memunggungi Sehun dan adiknya, lalu ia berjalan menjauhi rumah Sehun dan masuk ke dalam mobil Chanyeol, melanjutkan perjalan mereka di malam minggu ini.

“Hai, oppa!” Sapa Joy dan Yeri serempak.

Dan Sehun hanya bisa memijat keningnya pelan sambil menggerutu, “Oh, god!

.

.

.

Oppa, ini apa? Kau membeli ini semua?” Tanya Yeri sambil memegang tumpukan kaset sekitar 4-7 kaset yang Sehun sewa tadi siang.

Sehun menoleh yang baru saja menutup pintu rumahnya, “aku menyewanya. Jadi, kau tidak boleh membuka bahkan menyentuh piring kaset tersebut.”

“Seperti ini?” Yeri hendak membuka salah satu kotak kaset tersebut. Namun Joy menahannya dengan cara merebut kaset tersebut, lalu meletakkannya kembali ke tempat yang semula.

“Maafkan Yeri, Sehun oppa. Kau tahu sendiri, kan, dia memang sedikit–”

“Nakal.” Potong Sehun. Ia menghampiri Joy dan Yeri, lalu menlanjutkan perkataannya, “aku akan ke dapur dan aku mohon untuk tidak menyentuh barang-barangku selama aku tidak ada di sekitar kalian.”

Joy dan Yeri hanya mengangguk dengan kompak, lalu Sehun berlalu dari hadapan mereka.

Yeri langsung mengeluarkan ponselnya dan membuka notifikasi LINE yang masuk ke ponselnya. Ya, Yeri cukup populer di sekolah sehingga banyak orang yang mengirimnya pesan setiap hari.

Sedangkan Joy, kedua matanya membuntuti punggung Sehun yang berjalan menuju dapur rumahnya. Joy menyukai teman dari kakaknya itu. Sehun tampan, tenang, cukup berprestasi, pro di bidang olahraga, dan ketua dari unit kegiatan dance di kampusnya. Tidak ada alasan untuk tidak menyukai Sehun, bagi Joy.

“Yeri, tunggu disini, ya?” Tanya Joy.

Unnie, kau mau kemana? Aku ikut!” Suara Yeri yang setengah berteriak itu membuat Joy menutup telinga kirinya.

“Sebentar saja. Aku ingin melihat Sehun oppa di dapur,” Joy bangkit berdiri dari duduknya, “oh, iya. Tolong jangan buat kekacauan, ya? Aku sangat memohon kali ini. Jangan buat Sehun oppa marah dan Wendy unnie malu atas perbuatan ki–kau. Mengerti?”

“Baiklah.” Jawab Yeri dengan santai, lalu ia bersandar di sofa sambil bermain dengan ponselnya lagi.

Joy melangkahkan kakinya ke arah dapur, pelan-pelan seperti mengendap-endap. Ia bisa menyium aroma popcorn yang sepertinya tengah dimasak oleh Sehun. Langkahnya berhenti tepat diujung tembok yang membatasi ruang dapur dengan ruang makannya. Ia memegang ujung tembok tersebut, lalu mengintip dari sana.

Dan Joy mendapati sosok Oh Sehun yang tenagh memunggunginya, sedang sibuk dengan popcorn instant yang sepertinya dibeli olehnya di mini market. Ketika Sehun memutar tubuhnya hendak mengambil wadah untuk popcorn tersebut, Joy refleks mengumpat, tapi kepalanya terbentur dengan tembok hingga menimbulkan suara yang cukup keras.

“AAWWW!” Pekik Joy.

“Joy?” Respon Sehun, ia menghampiri Joy yang masih meringis memegang kepalanya yang terbentur, “kau kenapa? Ada apa?”

“Tidak. Tidak. Aku nggak kenapa-kenapa, kok.” Balas Joy cepat dengan posisi yang sama, memegang kepalanya.

“Ka..Kau terbentur? Biar aku cek.” Sehun hendak memegang kepala Joy. Namun Joy langsung menjauhkan kepalanya dari tangan Sehun. Ah, shit. Kenapa Joy bodoh sekali?! Oh, mungkin itu efek dari kepalanya yang terbentur.

“Aku baik-baik saja, oppa. Sungguh.”

Sehun langsung mengernyitkan keningnya. Joy benar-benar tidak terlihat baik-baik saja. Bagi Sehun, benturan antara kepala Joy dan tembok itu cukup keras. Sehun menghela napasnya, berusaha mengerti apa yang Joy inginkan, yaitu dia baik-baik saja.

Okay, then. Jadi, kenapa kau kesini? Kamar mandi? Terletak sebelum dapur ini. Seperti tidak tahu saja,” Oceh Sehun. Sedetik kemudian, raut wajahnya berubah. Sehun mengendus-endus tepat di depan Joy. Begitupun Joy, ia melakukan hal yang sama. Sepertinya, ada yang tidak beres.

Perlahan Sehun menoleh ke arah belakangnya, popcorn yang tengah dipanaskan olehnya di dalam microwave tampak aneh. Microwave itu penuh dengan gumpalan asap hitam yang mendesak keluar dari microwave tersebut.

OH MY…,” teriak Sehun sambil berlari menuju microwave yang berisi popcorn miliknya yang telah hangus. Dengan cepat, ia membuka microwave tersebut. Gumpalan asap yang keluar membuat sekitar wajahnya hitam, kaos putih yang ia gunakan langsung berubah warna, dan ia terbatuk-batuk karena asap yang memasuki pernapasannya.

“Astaga!” Joy menyusul Sehun yang tengah sibuk dengan microwave tersebut, “biar aku yang mengurus ini. Oppa bisa mengganti pakaian atau lebih baik..,” Joy melihat bagaimana keadaan Sehun sekarang. Dari atas hingga bawah, “mandi.”

O…Okay.

.

.

.

“Kau melakukan apa?” Tanya Yeri kepada Joy yang baru saja duduk di tepat di sebelahnya.

Joy hanya mengendikkan bahunya, lalu ia menyilangkan kedua kakinya. Well, sebenarnya ia sedang menunggu Sehun turun dari kamarnya dan meminta maaf kepadanya. Ini 100% kesalahan Joy. Kalau ia tidak ke dapur, lalu terjeduk, hal ini tidak akan terjadi dan mungkin, Sehun sedang menikmati popcorn-nya sekarang.

Unnie, kau melakukan apa?” Tanya Yeri sekali lagi.

“Sehun oppa harus mandi lagi karena aku.” Jawab Joy kemudian.

Yeri terkejut, ia membalas jawaban Joy setengah berteriak, “apa yang kalian lakukan di dapur?!”

Joy langsung menoleh dengan sinis, lalu menjitak kepala Yeri pelan, “kau ini masih 16 tahun. Otakmu memikirkan apa, huh?”

“Aw! Unnie! Sakit!” Oceh Yeri tak henti, lalu ia kembali lagi ke ponselnya.

Kesunyianpun menghampiri mereka walaupun, Yeri terkadang tertawa pelan sambil membaca pesan dari teman-temannya dan Joy, ia hanya diam memandangi tangga, berharap untuk segera melihat sosok Sehun turun dari tangga tersebut. Mungkin bau gosong tadi masih belum hilang? Ah, pasti butuh waktu yang lama untuk membersihkan diri dari asap-asap tadi.

Joy menghela napasnya pelan, lalu menoleh ke arah Yeri, “Asal kau tahu, Sehun oppa tidak menyukai kita. Apa lebih baik kita pulang saja ke rumah? Kurasa, aku sudah cukup besar untuk menjagamu di rumah.”

“Aku tidak mau.” Balas Yeri.

“Yeri-ah, bisakah kau mendengar perkataanku untuk sekali saja? Kau selalu membantah, tahu.”

“Aku lebih takut di rumah bersamamu daripada berada disini, di rumah orang yang sepertinya membenciku.”

“Yeri-ah, kumohon–”

“Aku tidak membenci kalian.” Suara berat khas Oh Sehun itu memotong perkataan Joy. Ia menuruni seluruh anak tangga, lalu menghampiri mereka berdua. Ia memasuki kedua tangannya ke dalam kantung celana jeans panjang berwarna hitam. Tunggu! Mengapa ia tampak rapi sekali?

Sepatu boots dengan 3 lubang, celana jeans hitam yang sedikit sobek dibagian lutut, turtleneck sweater berwarna hitam, bahkan rambutnya terlihat klimis.

“Makan malam bersama, bagaimana?” Tanya Sehun dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.

Joy dan Yeri hanya diam. Keduanya merefleksi diri mereka masing-masing. Hanya celana pendek dan kaos seadanya. Mereka menoleh ke arah Sehun lagi. Keduanya membuang napas mereka pelan. Kalau begini, Sehun seperti makan bersama dua babunya.

“Bagaimana? Oh, aku yang akan mentraktir kalian. Tenang saja, so, how?

Well, Yeri yang easy-going itu langsung tersenyum lebar, “iyaaa!”

“Joy? Would you join us?” Tanya Sehun sambil memerhatikan Joy yang masih mematung sedangkan adiknya yang lebih rese itu sudah berdiri tegak dengan wajah yang siap-jalan-kapanpun.

Unnie-ya, sudahlah, santai saja. Hanya makan, kan, oppa?” Tanya Yeri sekali lagi sambil menoleh ke arah Sehun.

Yeah. Hanya makan malam biasa, kok. Yuk, Joy!” Ajak Sehun.

Ah, sebenarnya Joy ingin sekali, tapi bukankah terlalu mendadak? Bahkan Joy hanya memakai lip balm madu miliknya. Seharusnya, ia harus bersiap. Ya, tentu saja. Ini merupakan makan malam pertamanya dengan Sehun di luar walaupun, bersama Yeri.

Yes.” Joy bangkit berdiri menghampiri kedua insan yang tengah berdiri di hadapannya. Sehun memulai langkahnya dan dua gadis cantik yang berada di belakangnya, membuntutinya.

Sehun menutup pintu rumahnya, lalu menguncinya. Ia segera masuk ke dalam mobilnya di posisi kemudi, kemudian ia menyetir mobilnya keluar dari halaman rumahnya dan membuka kaca mobilnya.

“Masuk.” Suruhnya singkat.

Yeri membuka pintu mobil baris kedua, lalu masuk dan disusul dengan Joy. Ketika mereka sudah duduk di dalam mobil, Sehun tak kian menginjak pedal gas dan hal tersebut berhasil membuat Joy dan Yeri kebingungan. Apa yang salah?

“Bangku kananku kosong. Tidak ada yang berencana untuk duduk di sebelahku?” Tanya Sehun.

“O..Oh! Joy unnie yang akan duduk,” refleks Yeri, ia menoleh ke arah Joy, lalu mendorongnya keluar mobil, “sana, sana, pindah kau.”

“Iya! Iya! Aku mengerti!” Balas Joy dengan teriakannya, “dasar nenek sihir!” gerutunya sambil keluar mobil. Joy langsung berlari menuju pintu depan sebelah kanan mobil, lalu membukanya dan masuk ke dalam mobil.

“Mau diajak makan saja harus bertengkar lebih dahulu.” Protes Sehun.

Joy menunduk dalam, “maafkan kami.”

“Jangan menyesal. Kita jalan, okay?”

Joy dan Yeri hanya mengangguk semangat.

.

.

.

Hujan deras turun di tengah perjalanan mereka. Entah mengapa, Joy bisa merasakan sesuatu yang tidak benar disini atau sesuatu akan terjadi? Ah, dia sendiripun tidak mengerti. Tiba-tiba mobil yang Sehun kendarai melaju makin melambat, melambat, melambat, hingga berhenti.

“Tidak.” Ucap Sehun, lalu memukul setir mobil dengan keras. Meteran tangki bensin mobilnya melewati garis merah dengan sempurna.

“AAARGH! Kenapa sial sekali, sih?!” Oceh Sehun, ia memukul setir mobilnya sekali lagi. Ia menoleh ke arah Joy, “kau ada ide?”

Joy yang sedari tadi hanya memandangi Sehun dari posisinya, terkejut yang melihat Sehun sedekat ini dengannya. Ia terdiam, namun bibirnya yang terkatup mulai bergerak, tapi terbata-bata, “i…i..ide apa?”

Sehun menghela napasnya, “kenapa harus seperti ini, sih? Hujan deras. Bensin habis. Kita tidak mungkin diam di dalam mobil seperti ini terus.”

Yeri yang sedari tadi memainkan ponselnya, hanya mengedarkan pandangannya ke luar jendela, lalu tersenyum lebar sambil mengetuk-ngetuk kaca mobil Sehun, “ada mini market! Aku rasa kita bisa kesana.”

Sehun dan Joy mengikuti arah pandangan Yeri, lalu tersenyum lebar. “Ternyata otakmu punya fungsi juga, Yeri.” Canda Sehun.

“Ah, kau terlalu kejam kepadaku, tahu!” Balas Yeri.

Sedangkan Joy hanya bisa tersenyum kecut melihat adiknya yang kelihatannya mulai akrab atau lebih akrab dengan Sehun dibanding dirinya. Ah, sudahlah.

“Aku turun duluan, ya?” Tanya Joy, lalu membuka pintu mobil tanpa ijin Sehun. Ia berlari menuju mini market tersebut dan berdiri di depannya, ia melambai-lambaikan tangannya ke arah mobil, lalu masuk ke dalam mini market.

Sehun menoleh ke arah Yeri lagi, “Joy. Apa dia selalu begitu?”

“Selalu…begitu?” Tanya Yeri tak mengerti.

“Iya. Joy, dia sulit untuk ditebak.”

Yeri mengendikkan bahunya sekali, “begitulah,” lalu ia keluar dari mobil dan melakukan hal yang sama seperti Joy.

.

.

.

“Dan makan malam berakhir dengan ramen instant.” Ucap Yeri sambil mengaduk ramen yang baru saja matang, lalu ia menatap ke arah Sehun yang berada di sebelah kirinya dan Joy yang berada di sebelah kanannya, “kalian belum mau makan? Nanti ramen kalian terlalu lembek. Nggak enak nanti.”

Sehun tidak merespon lebih, ia hanya membuka tutup ramen tersebut, lalu mengaduknya. Malam ini, murni kesalahannya. Seharusnya ia mengecek bensinnya terlebih dahulu. Ck. Bagaimana mereka pulang kalau seperti ini?

“Sebenarnya, aku tidak makan ramen, Yeri.” Respon Joy. Ia membuka roti isi tuna yang ia beli tadi, lalu ia mulai dengan gigitan pertamanya.

“Tidak makan ramen?” Tanya Yeri, lalu ia menurunkan pandangannya ke benda yang digenggam oleh Joy, roti, “hanya roti? Kau tidak akan mati kelaparan, kan?”

“Sepertinya, kau tahu kalau aku sudah tidak makan ramen, mie, atau sejenisnya selama tiga tahun ini.” Balas Joy.

Yeri menepuk keningnya pelan, “ah, kau benar. Maaf, aku lupa. Hehe.” Tawa garing khas Yeri membuntuti perkataannya.

“Gadis-gadisku,”

Keduanya menoleh dengan tatapan yang aneh ketika Sehun memanggil mereka dengan panggilan tersebut. Sounds strange, but Joy like it. A lot.

“Apa aku salah memanggil kalian begitu? Haha, hei! Kalian selalu melewati malam minggu kalian bersamaku, lho.”

“Baiklah. Tak masalah.” Balas Joy dan Yeri kompak.

Okay. Jadi, aku ingin minta maaf atas kejadian malam ini. Hal ini terjadi karena murni kesalahakanku.”

It’s okay. Kami pemaaf, kok.” Balas Yeri.

“Dan terima kasih untuk tidak minta maaf lewat video call, seperti kami.” Lanjut Joy.

.

.

.

“Kau sudah menelepon mobil derek?” Tanya Yeri kepada Sehun yang masih sibuk mendengar nada sambung dari ponselnya.

“Belum diangkat.” Balas Sehun.

Joy hanya diam sambil bermain dengan kaleng soda yang baru selesai diminum olehnya, lalu ia menoleh ke arah Yeri, “kau sudah mengabari Wendy unnie? Mungkin dia bisa membantu kita.”

“Kenapa bukan kau saja?” Balas Yeri.

“Kau berani menyuruhku, huh?” Balas Joy dengan nada yang ditekankan olehnya.

“Kalau kau tahu apa yang harus kau lakukan, kenapa kau bertanya?” Tanya Yeri.

“Aku hanya memastikan apa kau sudah melakukannya atau belum. Dasar bodoh!” Oceh Joy.

“Sudahlah. Kalian nggak udah bertengkar. Bisa, kan?” Suruh Sehun kepada mereka.

“Kami tidak bertengkar!” Jawab mereka serentak.

“Tapi kalian saling berteriak satu sama lain dan hal tersebut mengangguku, asal kalian tahu saja,” Oceh Sehun, lalu ia memfokuskan pandangannya ke arah Joy, “lebih baik kau yang menghubungi Wendy.”

“Kenapa aku?” Tanya Joy.

“Aku mau kau yang menghubunginya. Di saat genting seperti ini, bisakah kau menurut, Joy?” Tanya Sehun.

Joy hanya membuang napasnya kasar, lalu ia mengeluarkan ponselnya dari saku celananya dan mengirim pesan ke Wendy.

Bensin mobilnya Sehun oppa habis. Jadi, kami berada di mini market tak jauh dari sekolah Yeri. Jangan khawatir. Sehun bisa menjaga kami.

“Sudah. Ada perlu lagi, hm?” Tanya Joy.

“Tidak. Terima kasih.” Balas Sehun.

Joy langsung membuang pandangannya, enggan untuk melihat Sehun atau Yeri untuk saat ini. Tak lama kemudian, ia mengeluarkan ponselnya dan menerima panggilan yang entah dari siapa.

“Oh, halo.”

“Sekarang?” Joy melihat jam tangannya, lalu berjalan menjauhi Sehun dan Yeri, “baik. Aku bisa. Tunggu aku disana, ya?”

Joy memutuskan koneksi panggilan tersebut, lalu memutar tubuhnya ke arah Sehun dan Yeri dan tersenyum hingga gigi-giginya yang putih dan terbaris rata itu muncul, “aku harus pergi sekarang.”

“Kemana?” Tanya Sehun.

“Pergi.”

“Tanpa tujuan?”

“Menurutmu saja, tuan Oh.”

“Tidak ada tujuan, tidak ada ijin.”

Okay. Okay. Aku akan pergi menemui temanku di kedai kopi. Tak jauh dari sini. Ijinku diterima, huh?”

“Siapa temanmu?”

“Kenapa kau bertanya tentang temanku?”

“Laki-laki atau perempuan?”

“Perempuan. Namanya, Lee Bo Na.”

“Dia bohong.” Selak Yeri di tengah-tengah perbincangan antara Joy dan Sehun. Ia menunjukkan sebuah foto dari salah satu media sosial kepada Sehun, lalu Joy, “Bo Na unnie sedang berada di Pulau Jeju bersama keluarganya.”

Sehun langsung menatap Joy, “kau mau kabur atau bagaimana, hm?”

“Siapa yang mau kabur? Untuk apa aku kabur dari orang seperti kalian? Tidak masuk akal.” Jawab Joy.

Sehun melangkahkan kakinya menghampiri Joy, lalu memegang tangan kirinya, menyelipkan jari-jarinya di antara jari-jari Joy, “dengan begini, aku tidak akan bisa kabur, kan?”

Joy langsung membuang pandangannya dan menutupi wajahnya dengan rambutnya yang berwarna oranye itu. Oh Sehun bodoh. Joy itu cemburu. Cemburu dengan adik kandungnya sendiri.

Tapi kini, Sehun tengan menggenggam tangan Joy. Apa rasa cemburunya itu terbalaskan?

Joy tersenyum kecil. Tentu saja belum.

TBC

FF pertama Joy-Hun gueeeeh. Astaga. Gak tau mau post dimana. Masih belom nemu FF Sehun Joy di dunia wordpress ini. Yang udah baca, tinggalin sarannya dong? Butuh nih. Heheheheheheh. Thank you btw!

Tagged , ,

4 thoughts on “Two Petites [1]

  1. Hanna Choi says:

    Akhirnya ada ff joyhun. Hardship aku,,,,
    Semangat terus kak, ceritanya kerene

  2. qintazshk says:

    KAAAAAAK
    akhirnya baca FF ini jugaaa
    well ini ff joyhun yang aku baca pertama kali juga sih :p

    bahasanya ringan bangeeet duh aku suka banget. khas kak lyvia banget sih kaaaak santai aja gitu bacanya. terus alurnya juga ngalir mulus banget. setiap aksi tokohnya tersampaikan dengan jelas 🙂 mau ngasih puluhan like buat FF ini bisa ngga? -__-

    DAAAAAN kakak ngeship chandy kah? sebelumnya aku juga ngeship mereka sih ya gimana HAHAAA
    KAKAAK HARUS TAU BAGIAN FAVE AKU /nyolot/
    pas Sehun bilang “gadis-gadisku”
    aku di sini juga jerit” kaaaaak sumpah itu beneran sound strange but good in the same time xD
    bagian Joy boong ke Sehun juga yaa untung ada Yeri jadi Joy ngga jadi pergiiiii
    nungguin moment JoyHun lagi di next chapter :p

    keep writing kaaak senpaikuu ❤ ❤ ❤

  3. qintazshk says:

    Kaaak sepot dulu yaa besok mau bacaaaa
    /btw akhirnya experiment kece itu dipake jugaaaa/

  4. n u k i y says:

    tinggalin jejak dulu sebelum baca ya ka ya

Comment, please?